bebas

Wednesday, 18 March 2015

Aku dan pemahamanku tentang Yoga


Sebelumnya aku tidak tahu secara detail tentang yoga, mengalaminya atau mengikuti latihannya pun tidak pernah. Oh pernah ding, sekali waktu saat ada dosen dari India datang ke jurusan. Itupun dilakukan di pagi hari dengan teknik yang menurutku sangat susah. Yaa yang ikut yoga waktu itu dosen-dosen, kami yang masih mahasiswa sepertinya kurang tertarik dan yaah bisa dibilang malas untuk sekadar bangun pagi-pagi mengikuti yoga gratis. Mungkin bagi kami pada khususnya aku, hal itu belum disadari sebagai sesuatu yang penting.
                Aku adalah seorang yang sok tau yang baru saja awal tahun 2015 ini mengenal yoga secara kasar, maksudnya aku belum memahami menyeluruh tentang yoga. Akupun mulai membaca dan mencari tahu, dalam tahap ini aku sedang belajar hal yang baru serta bagus dan bermanfaat setelah aku jalani. Iya, sekali lagi bagus dan bermanfaat.
                Yoga merupakan sebuah latihan fisik yang menggabungkan keseimbangan tubuh, jiwa dan pikiran. Ya beberapa mengkategorikan sebagai sebuah jenis olahraga, ada juga yang menyebutnya sebagai metode penyembuhan. Berbagai referensi selalu menyebutkan pengertian yoga sehingga tak perlulah aku untuk kembali mengungkapkannya. Cukup apa yang aku tahu dan kupahami saja dengan sedikit tambahan sana-sini.
                Jika dilakukan dengan benar dan diusahakan benar, yoga memiliki gerakan-gerakan yang setiap detailnya bermanfaat. Manfaat yang sering tersiar itulah yang menjadi daya tarik sebagian orang untuk mengikuti yoga. Lalu apakah setelah merasa mendapat manfaatnya kemudian berhenti? Tidak, tentunya mereka akan semakin rajin karena yoga berkaitan dengan pemahaman diri. Aku mencoba melakukannya agar bisa merasakan pengalaman beryoga. Yah memang awalnya pegel-pegel, tapi kalau berhenti akan merasa ada yang kurang. 
Yoga bagiku adalah tentang seberapa aku mengenal diri termasuk kekuatan, kelemahan dan kontrol diri. Seberapa baik tubuhku merespon keinginan dan perintahku, sudahkah sesuai dengan yang kurasakan, sudah maksimalkah gerak tubuhku atau aku terlalu banyak berpikir untuk mulai bergerak. Awalnya memang tidak terbiasa dan tubuh ini terkesan membandel terhadap perintah otakku, lalu lama kelamaan aku mulai terbiasa dengan gerakannya tapi baru yang dasar. Meski terbiasa, bukan berarti aku selalu benar,  masih ada titik lemah yang harus aku cari tahu yang menjadi penyebabnya. Entah kestabilan emosi, letak tumpuan maupun arah yang harus kuikuti.
Kalau boleh mengutip kata-kata sebuah blog bahwa ada sebuah semangat yang berbunyi “The non competitive spirit of Yoga”, semangat yang menyatakan bahwa tidak ada yang lebih benar dari yang lainnya. Tiap orang hanya berusaha melakukan apa yang mereka bisa semaksimal mungkin. Tidak perlu dipaksa, lakukan sesuai hati dan kemampuan fisik yang termasuk melatih mengontrol ego. Masih mengutip sebuah blog, meski gerakan yoga hanya seperti itu tapi yang berkembang justru hubungan diri kita dengan gerakan itu dan hasil dari hubungan tersebut.

No comments:

Post a Comment