bebas

Monday, 24 February 2020

Kondangan dan Kulineran di Solo


Lama tidak menulis ya gaes, kini aku sudah berada di masa-masa menghadiri kondangan, time flies so fast. Hari minggu kemarin aku menghadiri resepsi teman kuliah di Karanganyar. Jika tidak mengumpulkan massa, akan aneh jadinya aku datang sendiri. Sebelumnya aku ucapkan selamat menempuh hidup baru buat teman kuliah yang tergabung di grup wasap timbul tenggelam mak rumpik yaitu Winda. Seminggu sebelumnya dapat undangan pernikahan, lalu seperti adat pada umumnya dibentuklah sebuah grup wasap pemersatu untuk memfokuskan tujuan yang sama yaitu kondangan.

Kita berenam terdiri dari aku, vania, tari, laras, aiug, agnis dan anaknya Laras naik Prameks turun di stasiun Ambyar eh maksudnya Solo Balapan. Setelah itu kita lanjutkan dengan taksi online sekitar 20 menit dengan keadaan tidak macet. Sampai disana udah telat sebenarnya karena sudah terdengar ulem-ulem atau pengantar acara gitu. Di tempat kita duduk sudah disediakan meja bersama yang di atasnya udah ada beberapa gelas teh manis. Kalau kondangan di Solo modelannya piring terbang. Apa itu piring terbang? Jadi nanti kita akan mendapat atau disajikan makanan di waktu-waktu tertentu dari pihak penyelenggara dan sudah diatur porsinya sama semua. Jeda antar makanan sekitar 20-30 menit estimasi orang ngunyah atau selesai makan. Berikut urutannya: snack, appetizer- main course-dessert (lah udah berasa ala-ala Barat). Untuk penyajiannya selesai di jam 12 karena acara yang kami hadiri mulai jam 10.

Snack

Terdiri dari sosis solo, roti lapis mandarin, kacang mete. Sosis solonya beda ama di Jogja dengan adanya taburan keju di atasnya (kupikir ini adalah snack manis yang dalam bayanganku adalah pisang aroma) dan setelah dimakan kulitnya sangat telur sekali dimana kalau yang di Jogja ada campuran tepung. Lalu untuk bagian isinya sangat tersa tekstur dagingnya dan bumbunya menyatu.
Beralih ke roti lapis mandarin yang lembut dengan takaran selau yang tidak berlebihan baik rasa maupun penyajiannya. Menurutku potongannya juga pas dan manis dilihat. Seperti roti lapis mandarin pada umumnya ya gaes.
Kacang metenya enak sekali, renyah, gurih bikin nagih. Dikemas dalam plastic yang kecil muat 3 atau 4 biji aja.

Appetizer
Sup manten

Sup Manten namanya yang terdiri dari potongan daging ayam wortel bergelombang, brokoli, macaroni dan kering kentang pipih. Supnya enak menurutku apalagi disajikan hangat. Paling suka bagian kering kentang yang tenggelam di lautan kuah sup, ya gimana sih aku soalnya fans kerupuk masukin kuah. Sayurnya juga cukup empuk dan ayamnya menurutku bumbunya kurang meresap. Meski begitu aku srupat-sruput enjoy.

Main course
Yg putih itu eskrimnya ya

Nasi komplit kalau sebutanku sih hahahah. Terdiri dari nasi kuning dicetak bunga (suka banget), daging giling manis, irisan telur dadar, kering kentang stick, sambel goreng ati, sayur ndeso. Semuanya enak sukaaa. Aku kupa penyebutannya untuk daging giling manis ini, semacam abon tapi basah atau bistik daging tapi manis. Telur dadar yang diiris tipis-tipis lembut tidak gurih jadi seimbang menurutku. Lalu kering kentang stick ini juga pedas manis tapi dominan renyahnya. Sambel goreng ati juga tidak pedas tapi endolita pada umumnya. Sayur ndeso ini terdiri dari jipang, kacang panjang dan wortel dengan kuah santan dibumbu kuning sedikit. Kesemua bahan dalam sayurnya empuk banget dan meresap gurih rasa kuahnya yang ada manisnya dikit.

Dessert
Untuk kali ini adalah eskrim dengan rasa kelapa muda atau vanilla ya aku lupa tapi terlalu manis. Eskrim tradisional yang menyenangkan saat masuk ke mulut dan dari rasanya langsung terbayang seperti es puter atau es dong-dong.

Setelah itu kita beralih jalan-jalan ke pasar gede, udah nggak terlalu rame karena siang dan mendung dan tujuan kita adalah es dawet. Berikut penampakannya setelah muter-muter pasar tradisional ini.


Harganya Rp 7,000 semangkuk yang awalnya aku underestimate karena kecil banget. Namun ternyata aku terperanjat dengan citarasa dan efek yang ditimbulkan setelahnya yaitu wareg. Di dalam mangkuk keci itu terdiri dari cendol hijau, telasih, ketan hitam dan jenang sum-sum tentu dengan kuah santan gurih. Saking ramenya pada sambal berdiri minumnya dan antri pembelinya. Jadi pengen buka cabang disini deh siapa tau kan aku menjadi wirausaha cendol dawet seger limaratusan ditambah enam ribu limaratus tentunya pakai ketan.

Perjalanan kami berakhir di Selat Solo Viens.
Selat double daging

Harganya terjangkau dan rasanya enak makanya rame terus. Aku pesan Selat Double Daging sama Es kopyor, saying es kopyornya habis. Sedangkan beberapa teman pesen Selat Daging Cacah.
Selat Double Daging berisi dua daging dengan kentang, kering kentang pipih, selada, wortel dan kacang panjang. Kuahnya manis ditambah dengan adanya acar. Seger enak banget sampai nggak kepikiran buat beli sebagai oleh-oleh.

Selat daging cacah

Kalau Selat Daging Cacah cuma satu daging dan satu telur rebus. Dagingnya tu rapuh gaes yaampun lembut grenjel-grenjel tekstur daging. Kuahnya enggak terlalu kental lebih ke cair tapi enak.
Nah seperti itulah pengalaman kulinerku di kondangan dan di Solo yang tentunya belum eksplore semuanya. Lagipula kondisiku juga udah kenyang sih, ngantuk deh di prameks tapi nggak jadi karena kalau bareng teman itu rasanya pengen ngobrol terus. Semoga kita bisa kumpul lagi, main, kulineran bareng-bareng ya gaes.

No comments:

Post a Comment