Museum merupakan tempat penyimpanan benda-benda bersejarah dan menjadi pusat informasi sejarah. Perkembangan suatu tempat, perubahan peralatan dan peranan dari beberapa tokoh bisa diketahui melalui adanya museum. Museum membantu kita melihat sebuah kebudayaan terbentuk, membuat decak kagum dengan benda-benda di masa lalu yang tak pernah dibayangkan, serta mengajak kita untuk menjelajah peradaban masa lalu. Namun, museum tak melulu tentang sejarah dan koleksinya tapi juga tentang penataan ruangan, karyawan, serta pemasarannya. Atmosfer setiap museum akan berbeda tergantung dari keadaan sekitarnya.
Minat untuk ke museum dianggap rendah bagi sebagian orang. Ada anggapan bahwa museum itu membosankan. Ya, memang di museum kita akan melihat benda yang seperti itu terus dan penjelasan yang sama. Tapi bukankah saat berkunjung ke tempat lain seperti warung makan, kita akan menemui hal yang sama yaitu penjual dan deretan makanan. Perbedaannya adalah pada kebutuhan. Pergi ke warung makan saat kita lapar, sedangkan pergi ke museum saat ada tugas sekolah atau study tour agar tugas terpenuhi dan mendapatkan nilai. Selain kebutuhan, pergi ke museum membutuhkan niatan dari seseorang tersebut. Niat akan muncul saat seseorang merasa tertarik serta penasaran.
Saat ini, di tengah sarana hiburan yang lebih beragam, museum sedang berjuang memperlihatkan eksistensinya. Upaya pemerintah dan pihak museum untuk meningkatkan jumlah pengunjung patut diapresiasi. Terlebih saya kemarin mendapat voucher gratis masuk museum yang merupakan bentuk peringatan hari museum sedunia. Sebelumnya juga ada beberapa acara kesenian serta lomba di museum-museum. Namun sayang, tidak banyak masyarakat yang tahu keberadaan museum-museum di Jogja. Bolehlah saya sebagai awam memberikan sumbangsih pemikiran agar museum tetap dikunjungi dan dikenal.
Pertama, menjalin kerjasama dengan lembaga pendidikan dari TK hingga kuliah. Melalui kerjasama tersebut dapat diagendakan kunjungan wajib museum bagi setiap kelas maupun jurusan. Dijamin pengunjung museum akan lebih banyak serta terkoordinasi serta semua pelajar dapat mengetahui museum di Yogyakarta.
Kedua, mengoptimalkan pemasaran melalui iklan di papan iklan yang menjamur. Jangan biarkan papan iklan didominasi oleh produk komersil. Pilihlah desain yang tepat menggambarkan museum secara menarik serta spot yang memungkinkan banyak perhatian seperti lampu merah untuk memajangnya.
Ketiga, merangkul sineas maupun pihak televisi untuk membuat film maupun acara di museum. Film yang dimaksud bisa berupa dokumenter maupun drama yang menonjolkan museum. Jika didukung dengan penulisan skenario yang tepat dan pemilihan pemain yang menarik, saya rasa bisa mengangkat popularitas museum. Begitu pula dengan acara yang akan dibuat di museum harus sekreatif mungkin mengulik museum untuk disampaikan pada masyarakat.
Pergi ke museum membuat kita kaya akan pengetahuan dan pengalaman akan masa lampau. Terkadang kita sudah skeptis saat mendengar museum karena identik dengan kuno dan membosankan, tapi cobalah kita lihat dulu dan pikir dari sisi yang lain. Masih banyak hal menarik dari museum yang bisa kita dapatkan melalui berbagai acara yang diselenggarakan, promo yang diadakan dan mungkin ajakan teman untuk jalan-jalan yang mengedukasi. Karena saya yakin masih banyak di antara kita yang belum tahu berapa banyak dan apa saja museum di kota ini dan ingin mengetahuinya. Semoga semakin banyak yang memahami pentingnya museum dan mengetahui keberadaannya. Museum bukan hanya untuk dikunjungi tapi bisa digunakan (sesuai kapasitasnya), dijaga dan diingat sejarahnya.
Friday, 12 June 2015
Museum dan Geliat Eksistensinya
Labels:
Opini
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment